Senin, 27 Agustus 2012

Sejuta Cinta














Kata orang, cinta itu anugerah dari Sang  Khalik
Jikalau itu benar
Peliharalah cinta itu dalam hati
Sebarkanlah benih cintamu pada semua orang
Agar kau dapat menyongsong cinta-Nya yang suci

Usahlah kau sedih
Kala kau tak mendapatkan cinta di sekelilingmu
Yang perlu kau tahu
Cinta-Nya selalu untukmu

Pegang hatimu
Yakinkan bathinmu
Bahwasanya banyak cinta yang Ia berikan untukmu
Sejuta cinta atau mungkin lebih dari itu
Karenanya….
Penuhilah raga dan jiwamu dengan cinta-Nya yang murni

Sabtu, 25 Agustus 2012

Warna Pelangi

Kadang aku selalu menerka-nerka
Warna apa yang kau tawarkan padaku saat kita kan bertemu
Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila atau kah ungu
Kadang pula aku pun bertanya-tanya
Mengapa aku tak henti menanti warna tersebut
Mengapa aku mati-matian untuk peduli pada warna-warni itu
Dan mengapa aku tak bisa berpaling dari pancarannya
Aku sendiri tak tahu pasti apa jawabnya
Yang aku yakini bahwa warna itu seperti pelangi
Menghidupkan dunia ku yang hanya mengenal hitam dan putih saja

Mungkin aku terlalu keras berpikir
Mungkin jua terlalu sering menyangkal
Padahal warna adalah cerminan hati
Saat aku marah, kecewa, sedih, menangis, terluka, rindu, senang atau apapun yang tak bisa tertangkap oleh bahasa biasa padamu
Barangkali kau pun jua begitu terhadapku
Hanya saja satu hal yang terlupa
Adalah bagaimana menikmati warna-warni tersebut telah hadir

Memang, warna tak semestinya ada untuk terang saja
Bahkan gelap pun senyatanya berhak memilikinya
Namun, hati kerap saja menuntut tanpa batas
Hingga warna pun pudar tanpa makna
Tidak! Hatiku mulai menjerit
Warna tak boleh hilang begitu saja
Sebab warna itu gambaran dirimu
Sebab itu adalah pelangi ku

Lalu, aku putuskan untuk mulai belajar
Meresapi setiap warna yang kau berikan walau itu sekelam-kelamnya atau seterang-benderangnya
Entah ada artinya atau tidak
Tapi rasanya pantas diperjuangkan
Untuk sebuah hal yang tak serta merta dapat dicari dengan mudah

Kali ini, biarlah aku titipkan warna pelangi ini padamu
Agar kau pun sekiranya bisa merasakan hal yang sama sepertiku
Kini, aku tak lagi menanyakan warna padamu
Sebab kau telah menyatu dengan warna pelangi
Dan di balik ini semua, lebih daripada itu
Ternyata benar, aku memang menyayanginya
Pada warna itu, pelangi itu, juda dirimu

Selasa, 14 Agustus 2012

Ultimatum Sayang

Diriwayatkan sebuah hadist dari Abu Daud dan At-Tirmidzy, di mana dikatakan bahwa " Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya " (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzy).

Lalu, dari penulis terkenal, Helvy Tiana Rosa juga mengatakan bahwa " Sekali aku menyayangi mu, maka itu takkan selesai ".

Kalau menurut ku adalah begini ...
Hari ini
Ingin ku katakan pada mu
Aku menyayangi mu secara sadar
Dan akan terus menyayangi mu secara sabar
Semoga tiada berlebihan
Karena kebersamaan kita terkulum secara sederhana
Pertemuan, persahabatan, dan cerita tentang kita
Berharap kan jadi kebaikan juga berkah untuk mu dan diri ku
Kau,
Sebuah cerita indah untuk hidup ku
Dan selamanya akan begitu hingga masa mendatang

Sebuah Cinta

Seseorang pernah berkata pada ku
Bahwa aku memiliki cinta yang kuat
Aku tersenyum
Jawab ku, TIDAK !!!
Cinta lah yang menguatkan ku

Aku bisa merasa tegar
Semuanya karena cinta
Aku bisa belajar mengasihi dengan tulus
Itu pun karena sebuah cinta
Aku memahami perasaan orang lain
Karena aku belajar dari sebuah cinta

Sebuah cinta yang pada akhirnya membukakan mata ku dalam melihat dunia
Dunia yang ku kira hanya ada hitam dan putih saja
Namun, karena sebuah cinta
Warna pelangi pun mampu terlihat dari cahaya kecil di mata ku
Cinta itulah yang menguatkan ku

Sungguh,
Dalam hal ini, aku hanya memberi rasa kasih yang ada dalam diri ku
Dan itu sangatlah menyenangkan
Saat aku sadar tubuh ku tak henti untuk memberi lebih banyak lagi
Bahkan kala cinta itu senyatanya tak ada di samping ku, di raga ku
Kan ku bawa ia serta dalam hati ku dengan hati-hati
Lalu, ketika aku memberi cinta
Sebenarnya, beribu-ribu kasih dari Allah SWT tengah menanti ku

Itulah cara ku bertahan dalam timbunan perih
Itu jua lah cara Allah SWT menyempurnakan cinta di dalam hidup ku

Senin, 13 Agustus 2012

Bunga Oh Bunga

Bunga.....oh bunga....
Mengapa kau murung ?
Tidak kah kau lihat ?

Burung-burung tengah bersiul untuk menghibur mu

Semburat pelangi juga dipersembahkan oleh matahari dan hujan untuk mu

Rumput, angin, langit dan teman lainnya pun ikut termenung karena mu
Duh...bunga...
Ketahuilah, mereka khawatir pada mu
Mereka tengah menantikan senyum terindah mu
Jangan buat mereka cemas lagi
Temuilah mereka,
Dan berikan yang terbaik dari hati mu


Bunga

Kau itu sangat cantik

Jangan hapus kecantikan mu karena bermuram durja

Mekarlah dengan seindah-indahnya

Maka, kau pun akan merasa tentram



Jangan Rapuh

Jangan rapuh !
Hati mu tiada pantas menyandang kegelisahan

Bersimpuhlah !
Menyejajarkan penat mu pada titik yang mendamaikan

Luluhkan dan taklukan !
Tiap emosi yang menggiring jiwa ke lembah keputusasaan

Berjalan, resapi, dan amati !
Sentuh dengan hati-Nya yang tersimpan dalam ingat mu

Kembali dan sadarlah !
Senyum tengah menanti mu

Ingatlah !
Sederet doa pada mu
Langit yang tak tertangkap senantiasa bersama mu

Sekumpulan Kata Tak Bermakna

Aku bisa saja membuat beribu kata
Hanya untuk sekadar membuang lelah dan asa di dada
Tak perlu aku peduli sajak mulut para jiwa atau harus menahan diri, menyantuni mereka dengan lembut
Semuanya takkan mengubah apapun
Tapi, aku tak mampu
Aku hanyalah sekumpulan kata yang tak bermakna
Yang terlahir lewat belas kasih dihembus kalimat-Nya
Aku saja tak bermakna
Lalu, pantaskah aku membuat mereka juga tak bermakna ?
Jawab ku, tidak !!
Cukup aku yang menyandangnya agar aku bisa membuat hidup mereka menjadi bermakna

Sebuah Doa

Tuhan,
Aku tak mampu merengkuh semua jiwa milik-Mu
Dalam batas ketiadaan ku, aku berserah
Itu kuasa-Mu, skenario-Mu
Aku hanya pelakon tak bernama
Yang di tiap scene, hanya menjadi peran pendukung
Ketika mereka menangis, hati ku yang lebih merintih
Ketika tersenyum, jiwa ku yang membahagia

Tuhan, aku mohon
Aku sadar takkan ada lagi nama ku di ingat mereka
Tapi, aku pinta
Beri aku kekuatan untuk menggenggam cerita mereka
Dalam diam, tangis, tawa, doa, dan harap ku

Selasa, 07 Agustus 2012

Biarlah Kau Menghilang

Suatu sore di bulan Ramadhan, aku kembali melakukan kebiasaan rutin ku yang selama beberapa waktu agak terlupakan akibat rutinitas yg melelahkan. Ya, mengirimkan pesan berupa syair, puisi, atau sekadar kata-kata yg indah. Pesan-pesan seperti itu biasanya ku kirimkan pada teman-teman terdekat ku termasuk juga diri mu. Sore itu, tak biasanya kamu membalas pesan ku. Hati ku bergetar tak karuan, membaca satu demi satu kata yg terangkai dalam pesan mu itu. Ah, wajar kali ya. Kita sudah cukup lama tak saling berhubungan. Entah sejak kapan hal itu berlangsung, aku sendiri pun tak tahu.

Pesan pertama mu yg muncul di inbox handphone ku berbunyi seperti ini 
"Mencari INDAH yg abadi itu seperti mencari sebuah air mata di dalam kolam ikan"

Rasa ku saat itu, aku menjawab pesan mu dengan alasan yg sederhana. Aku nyaris lupa apa yg ku katakan pada mu. Tapi yg aku ketahui, bahwa aku hanya ingin menguatkan diri ketika membalas pesan mu.

Lalu, pesan kedua dari mu pun muncul. Dalam pesan mu, kamu berkata,
"Di saat aku hilang, bukan berarti tak merindu mu, hanya saja diri mu tak harus kusandingkan dengan kerumitan hidup, biarlah aku datang pada mu di saat damai, karena sungguh bagi ku kau lah yg membangun kepercayaan dan keyakinan diri, teman".

Tak berselang kemudian, air mata ku tumpah ruah, menuruni permukaan wajah ku. Aku tak dapat lagi menahan perih dan sakit saat membaca pesan mu. Bahkan, aku pun tak lagi menghiraukan bahwa aku tengah berpuasa. Sore itu, tiba-tiba saja aku menyadari bahwa aku kehilangan diri mu. Itulah jawaban atas kegundahan belakangan ini. Perasaan ku yg campur aduk, tapi aku sendiri tak tahu apa masalah yg menjerat ku. Ternyata benar, salah satu persoalan itu adalah mengenai diri mu.

Akan tetapi, peristiwa itu sudah berlalu. Ketika adik angkat ku berkata, "Meratapi keadaan atau berdamai dengan takdir. Mana yg kamu pilih, ka ?". Dan aku memilih pilihan kedua yaitu berdamai dengan takdir. Berdamai dengan takdir berarti aku pun harus berdamai dengan rasa kehilangan akan mu. Membiarkan mu untuk sementara ini menghilang, tanpa mesti aku tahu kamu berada di mana. Mungkin saja, aku berharap dengan pilihan mu itu, hati mu akan lega. Kali ini, biarlah kau menghilang.

Kamu tahu, saat menuliskan ini, aku kembali menangis. Tapi pelan-pelan, aku dapat menerima keberadaan mu yang menghilang.

Hmm...aneh rasanya. Kalau dipikir-pikir, sejak awal, jalan kita memang berseberangan namun itulah yang mempertemukan kita. Dari yang tidak mengenal mu menjadi sangat menyayangi mu. Ah, kamu ingat tidak ? Saat itu, kita sedang sibuk-sibuknya dengan ujian masuk SMA. Ketika itu, kita punya impian untuk masuk SMA yang sama. Tapi, di tengah jalan, kamu memutuskan untuk mundur dan meninggalkan ku sendirian menghadapi ujian di SMA yang kita dambakan. Kau tahu ? Itulah awal kita mulai berjauhan.  Akan tetapi, perasaan kehilangan itu sebenarnya belum mulai terasa. Bagaimana tidak ? Tanpa ada perjanjian tertulis, kita saling memberi kabar, saling berhubungan, saling bersama-sama di waktu senggang. Saat itu, aku merasa, kita bagaikan sepasang gadis kecil yang polos, yang hanya tahu bahwa segala kehidupan akan sangat menyenangkan bila kita selalu bersama.

Sayangnya, kita bukan berada di dunia khayalan. Kita senyata-nyatanya berada dalam dunia yang nyata dengan realita yg tentu saja terkadang tak bisa sejalan dengan dambaan kita. Kau sudah dewasa sekarang, kau memiliki seseorang yang kamu sukai. Ah, maafkan aku, baru aku sadari kita memiliki pemikiran yang berbeda. Sedangkan aku tak bisa memahami maksud mu. Mungkin itulah momen yang membuat kita benar-benar jauh. Ya, teman, kini aku tak bisa memahami mu lagi, tak bisa mengerti keadaan mu lagi, tak bisa menyadari apa yang benar atau salah tentang mu. Dan rasa kehilangan itu pun meledak ke permukaan, menyadarkan ku bahwa inilah saatnya aku telah kehilangan mu.

Tapi aku tak ingin terpaku lagi pada kehilangan itu. Kalau memang aku kehilangan mu, aku percaya aku akan memiliki penggantinya. Dari mu, aku belajar bagaimana mengikhlaskan seseorang yang berarti bagi diri kita. Tentu saja, aku tetap menyayangi mu. Kehilangan mu memang sangat menyedihkan tapi aku tak mau terus menerus frustasi karena mu, aku juga punya kehidupan yang harus ku jalani. Aku hanya bisa meyakinkan mu satu hal, saat kamu menghilang maka aku akan menjadi orang yang lebih tegar dari yang kamu kira. Dan saat, kau datang pada ku, kau lah yang akan menangis untuk ku.

Salam sayang,,
Teman mu


  



Jumat, 03 Agustus 2012

Berbanggalah !!!

Sejujurnya aku iri
Pada orang yang berani keluar dari zona amannya
Menantang dirinya dengan berbagai kesempatan tak terduga
Hingga mampu membuat dirinya matang dalam pemikiran masa depannya

Berbanggalah !!!
Aku saja tak berani untuk keluar dari zona aman ku
Nyali ku begitu ciut padahal baru selangkah saja
Aku tahu
Aku telah dikalahkan oleh ketakutan ku sendiri
Juga karena terhimpit pada kenyataan bahwa kesempatan itu belum datang pada ku

Tapi, tak apa
Jika seperti itu jalannya, barangkali aku bisa mendukung orang itu dari kaca mata aman ku
Sembari meniti langkah mencapai mau ku...
Semangat !!!

Tentang Mu

Mungkin aku terlalu memaksakan diri untuk mengganggap bahwa diri ku ini tak membutuhkan mu
Nyatanya, aku justru sangat membutuhkan kehadiran mu saat ini
Kan tetapi, apa boleh buat, aku harus mencoba hidup tanpa mu

Bukankah kau pernah berkata
"Dengar, tak selamanya fisik ku bisa berada di dekat mu alias aku benar-benar ada di hadapan mata mu. Begitu pula kamu. Jadi, kita sama-sama percaya saja bahwa di mana pun kita ada, hati kita sesungguhnya begitu dekat".

Phuuh...mengingat kata-kata mu itu, aku jadi termenung
Yach, aku tahu
Kamu ada bukan hanya untuk ku saja
Kamu pun memiliki kehidupan mu dengan yang lainnya
Kamu juga mempunyai prioritas selain aku
Dan yang paling penting, kamu telah melalui segalanya yang tak ada lagi aku di sana

Jadi, aku sendiri pun tak tahu sampai kapan bisa bertahan
Aku cuma berharap aku bisa kuat
Setidaknya di hadapan mu

Peace of Lost

Sekiranya mengenal mu takkan menimbulkan rasa kehilangan
Aku mau, sungguh !!!
Tapi, semuanya bukan kehendak ku, itu adalah jalan Tuhan

Memang bukan pertama kali, aku memiliki kehilangan
Setiap ku langkahkan kaki, pasti kan ada saja kehilangan itu hadir
Bukan tak yakin, tiap pertemuan ada perpisahan
Hanya saja mengapa kamu mesti memilih meninggalkan jejak mu tanpa ada alasan yang jelas
Hingga aku merasa rasa kehilangan akan diri mu itu semakin kental saja

Dengar, setengah mati aku berjuang melawan kehilangan itu
Sampai aku benar-benar tak tahan lagi dibuatnya
Tapi, tetap saja, rasa itu melekat erat di benak ku

Tahukah kau ?
Cukup lama aku menunggu mu membuka hati
Memperkenankan diri ku masuk dalam kehidupan mu
Tak hanya dalam senang, tapi aku pun ingin ikut serta dalam kesulitan yang kamu hadapi
Namun, mau kah diri mu ?

Aah, andai saja kamu tahu
Orang-orang selalu saja menanyakan diri mu pada ku
Tapi, aku tak punya jawaban apa pun untuk mereka
Karena aku kehilangan diri mu
Dan di tengah keputusasaan, aku hanya mampu tersenyum
Saat itu, aku sadar, aku ingin berdamai dengan rasa kehilangan akan diri mu