Huuuufh....pengalaman menulis ku bermula sewaktu sekolah dasar dulu, dan terus berkembang hingga sekarang. Semoga saja, bisa lebih baik lagi. Soalnya menulis bukan lah ajang untuk menjadi terkenal, membuat kata-kata sepanjang mungkin, juga bukan untuk mendapat pujian. Akan tetapi, sebagai ladang untuk pengembangan kreativitas, bakat, olah kata buat diri kita dalam hal memotivasi, menyebarkan kebaikan di sekitar kita, dan lain-lain yang tidak membawa pengaruh buruk
Kelas VI SD Muhammadiyah 2 Samarinda
Di kalangan teman-teman ku, ku termasuk orang yang pendiam, lumayan pintar (memuji sedikit tak apa ya ^_^). Sewaktu itu, ada perlombaan mengarang tingkat SD-se Kalimantan Timur. Nah, oleh guru ku, aku disuruh membuat karangan. Yo wes, ku kerjakan karangan tersebut dibantu dengan ayah ku. Syukurlah karangan ku selesai dan ku kumpulkan ke guru ku. Hahahahaha....sayangnya, aku tak jadi diikutkan lomba. Tahu mengapa bisa terjadi ? Ya, karena aku pendiam :D. Memang aku bisa mengarang tapi kemampuan bicara juga saat itu merupakan penilaian yang penting. So, akhirnya teman ku lah yang dinobatkan jadi peserta lomba
Yup, itu pengalaman ku saat mau mengikuti lomba mengarang meski tidak kejadian. Sejujurnya, semasa SD dulu, aku juga senang menulis apa pun di buku diary, atau di mana saja asal ketemu kertas dah. Sayangnya, aku kepergok sama ibu nulis sesuatu...jadinya malas buat nulis-nulis lagi....hahahaha.
Hal yang memotivasi ku sering menulis ya dari aku membaca majalah BOBO. Tiap pekan pasti selalu beli atau kalau tak bisa, biasanya minjam ke sepupu. Gara-gara itu, aku dijuluki sama julak ku kutu buku. Yach, tak apalah, bukan kah awal mula menulis dari minat membaca ? Asiiiik.....
Semasa SMP Negeri 1 Samarinda
Masuk ke SMP, aku agak lama tak kontak dengan dunia menulis. Sibuk dengan berbagai tugas. Maklum, kan masih awal-awal jadi anak ABG (alias Anak Baru Gede). Tapi tetap, kalau pas lagi disuruh mengarang waktu pelajaran Bahasa Indonesia, paling mahir buat kata-kata sampai berlembar-lembar padahal disuruhnya cuman 2-3 lembar saja. Rakus amat yak kalau dipikir-pikir.
Nah, menjelang UAN, mulai lagi aku ingat-ingat sama dunia menulis. Ceritanya, saat itu aku lagi les Bahasa Indonesia di Airlangga. Sembari menunggu teman-teman datang, sharing lah diri ku dengan pak guru yang aku lupa namanya. Insya allah, kalau masih ingat, beliau berkata pada ku," Kembangkan terus minat menulis mu. Jangan pantang menyerah. Kalau butuh bantuan, hubungi bapak saja,". Nah, dari situlah, aku mulai menulis lagi
Semasa SMA (MAN 2 Samarinda)
Karir ku menulis saat SMA sewaktu ikut lomba esai ilmiah soalnya aku merupakan anggota KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Tak menang sie tapi lumayan dapat sertifikat. Selanjutnya, ikut LPIR tak menang juga, tapi alhamdulillah dari sekolah ada yang mewakilkan. Mereka itu para lelaki semua, terdiri dari ka Rudi, Ghazali, sama Imam Rosyadi. Mereka benar-benar hebat, aku salut sama mereka.
Sewaktu kelas 2 SMA, tertarik dengan ide temanku, Setyawati, aku berniat buat cerita pendek tentang seorang anak perempuan yang bersikap seperti lelaki. Cerpen pertama ku ku beri judul "Pilihan Hidup Ara". Saat cerpen ku kelar, ku minta pendapat teman-teman ku. Kebetulan, teman ku yang bernama Linda ini memberikan cerpen ku kepada kakaknya. Pendapat kakaknya itu begini ," Cerpennya udah bagus tapi lebih bagus lagi kalau ga plagiat". Aku senyam-senyum saja, memang benar aku memplagiat dari novel terjemahan judulnya Samira dan Samir, hanya saja memang aku ubah ke nuansa Islam. Meski mendapatkan kritik yang agak kurang menyenangkan, hal itu tak mempengaruhi niat ku untuk tetap menulis.
Menjelang ujian SMA, kelas 3, aku dihadapkan dengan begitu banyak problema. Namun, di sela-sela kesedihan yang mendera ku, aku masih bisa menulis cerpen tentang persahabatan. Salah satu judulnya yaitu Cinta Sang Sahabat dan Dua Hati Untuk Rindu (tapi belum kelar), menulis puisi buat kawan lelaki ku Yusuf, juga mulai gemar mengirim sms ke teman-teman terdekat ku berupa kata-kata mutiara atau menyangkut hal seperti itu.
Ada cerita menarik lainnya yang memotivasi ku untuk terus menulis. Sore itu, ketika suasana sekolah lenggang. Aku berbicara dengan seseorang yang istimewa, namanya Imam Rosyadi. Padahal, bukanlah hal yang mudah untuk bisa berbicara dengannya terkait isu "ada deh". Tapi, jujur, dia termasuk "muse" ku saat menulis. Terima kasih ya atas perkataan mu saat itu. Aku berharap bisa selalu memberi mu kebaikan sampai ajal menjelang (sok mendramatisir tapi kata-kata ini sungguh tulus kok terucap).
Semasa kuliah hingga sekarang
Nah, sewaktu kuliah ini lah ku bertemu dengan calon-calon penulis di lingkup teman-teman kuliah. Ada beberapa yang paling sering sharing seperti Andri Maulida, Elsa Yuliana, Ita Zakiyah, sampai para penulis terkenal seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa (hanya lewat fb kalau sama penulis terkenal hahaha).
Nah, hal yang menarik lagi. Aku dapatkan dari kata-kata Imam lewat fb. Soalnya saat ini, dia tengah kuliah di Universitas Al-Azhar, jadinya kami hanya bisa berkomunikasi lewat fb atau selular. Berikut cuplikan kalimatnya, "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar