Kadang aku selalu menerka-nerka
Warna apa yang kau tawarkan padaku saat kita kan bertemu
Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila atau kah ungu
Kadang pula aku pun bertanya-tanya
Mengapa aku tak henti menanti warna tersebut
Mengapa aku mati-matian untuk peduli pada warna-warni itu
Dan mengapa aku tak bisa berpaling dari pancarannya
Aku sendiri tak tahu pasti apa jawabnya
Yang aku yakini bahwa warna itu seperti pelangi
Menghidupkan dunia ku yang hanya mengenal hitam dan putih saja
Mungkin aku terlalu keras berpikir
Mungkin jua terlalu sering menyangkal
Padahal warna adalah cerminan hati
Saat aku marah, kecewa, sedih, menangis, terluka, rindu, senang atau apapun yang tak bisa tertangkap oleh bahasa biasa padamu
Barangkali kau pun jua begitu terhadapku
Hanya saja satu hal yang terlupa
Adalah bagaimana menikmati warna-warni tersebut telah hadir
Memang, warna tak semestinya ada untuk terang saja
Bahkan gelap pun senyatanya berhak memilikinya
Namun, hati kerap saja menuntut tanpa batas
Hingga warna pun pudar tanpa makna
Tidak! Hatiku mulai menjerit
Warna tak boleh hilang begitu saja
Sebab warna itu gambaran dirimu
Sebab itu adalah pelangi ku
Lalu, aku putuskan untuk mulai belajar
Meresapi setiap warna yang kau berikan walau itu sekelam-kelamnya atau seterang-benderangnya
Entah ada artinya atau tidak
Tapi rasanya pantas diperjuangkan
Untuk sebuah hal yang tak serta merta dapat dicari dengan mudah
Kali ini, biarlah aku titipkan warna pelangi ini padamu
Agar kau pun sekiranya bisa merasakan hal yang sama sepertiku
Kini, aku tak lagi menanyakan warna padamu
Sebab kau telah menyatu dengan warna pelangi
Dan di balik ini semua, lebih daripada itu
Ternyata benar, aku memang menyayanginya
Pada warna itu, pelangi itu, juda dirimu