Rabu, 19 Desember 2012

Sejumput Pesan di Balikpapan

Ada beberapa kalimat yang menarik yang aku dengar sewaktu mengikuti workshop menulis di balikpapan sabtu lalu. Bila ku bahasakan dengan bahasa ku sendiri...beginilah kalimatnya
" Manusia itu lumrah selalu membuatnya dirinya nampak baik dengan penyangkalan-penyangkalan padahal yang terjadi adalah keadaanya begitu buruk. Itulah sisi negatif manusia. Semestinya manusia itu bersikap jujur. Jika mengatakan malas ya memang malas bukan kalimat tak mood dsb. Hal itulah yg membuat manusia tidak maju dalam pemikirannya"

Kalau ku pikir-pikir...benar juga adanya bahwa selama ini langkah ku terus dihantui oleh penyangkalan yg tak ada ujungnya. Yang seharusnya bisa move on malah stagnan di posisi aman.

Hem...baiklah mulai saat ini belajar jadi orang jujur dan mengatakan apa adanya...
Chayooo!!!!!

Senin, 17 Desember 2012

Nalika dan Mimpinya


   Biarpun aku berada di kerumunan orang-orang itu. Aku tetap merasa sepi. Mungkin mereka benar. Aku bukanlah orang yang cocok bergaul di lingkungan mereka. Aku pantasnya berteman dengan sepi. Aku mendesah. Lagi-lagi aku menyangkal. "Diriku bukan tak memiliki teman. Ah...tentu saja aku punya. Mereka saja yang tak tahu menahu" ujarku menyemangati diri. Sore itu, langit tampak kelabu, seolah-olah ikut mengejek nasib buruk yang menimpaku. Tapi, aku tak peduli. Berkas-berkas pendaftaran itu lebih menyita waktuku. Aku menyadari bahwa aku membiarkan sepersekian detik tadi menyeretku pada proyeksi peristiwa kemarin lalu. Aku menggeleng-geleng sambil menggerutu,"Enyah kau". 
   Seusai berkata seperti itu, aku meneruskan kembali pekerjaanku. Tak perlu waktu yang lama, pekerjaanku pun selesai. Setengah jam kemudian, berkas-berkas itu pun telah tersusun rapi di meja belajar. Esok pagi, berkas-berkas itu harus segera diserahkan ke Mba Sita.
******************************************
   "Mba, besok aku izin gak masuk ya. Ada ujian".
   "Oke, mba izinkan. Tapi jangan lupa kerjaanmu ya. Minggu depan deadlinenya".
   Ku acungkan jempolku tanda setuju seraya tersenyum melihat Mba Sita yang masih menaruh perhatian padaku sedari tadi padahal ia begitu banyak pekerjaan. Setelah memohon izin pada Mba Sita. Aku pamit keluar dari ruangannya. Lalu, bergegas pergi menuju meja kerjaku. Ku bereskan semua barang-barangku. Kemudian, aku pergi dari kantor kecil itu.
*****************************************
   Braak..bruuk...brak.....buku-buku dan semua yang ada di meja belajar hancur berantakan. "Salahku apa pada mereka. Kalau mereka tak menyukaiku tak mengapa. Tapi, jangan menghancurkan impianku. Impian yang selama ini ku perjuangkan. Mereka kejam," isakku tergugu di pojok kamar.
   Ya, hari ini tiba-tiba Pak Anwar memanggilku. Aku bingung saat itu, tumben sekali Pak Anwar memanggilku secara mendadak. Ternyata, ia memberikanku hukuman, aku diskors selama 1 bulan karena ketahuan bekerja diam-diam tanpa seizin pihak sekolah. Aku terhenyak, sejauh ini tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa aku memiliki pekerjaan sampingan di luar sekolah. Aku memang sengaja merahasiakannya karena pihak sekolah secara tegas melarang para muridnya bekerja. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak punya uang sedangkan mereka (yang mengatakan bahwa mereka adalah teman-temanku) terus mengambil paksa uang yang ku miliki. Mereka bilang, "Uang ini buat bersama, kau kan teman kami, jadi semua teman yang ada di kelompok kita termasuk kamu harus saling menyumbangkan uangnya. Masa enak-enakkan gak keluarin uang sih. Ga fair tau".
   Saat itu, aku mengikut saja. Aku berusaha sebisa mungkin untuk memiliki uang yang cukup bila mereka membutuhkannya. Aku tak bisa mengatakannya pada ibu, bagaimanapun aku telah bertekad takkan meminta uang sepersen pun dari ibu setelah aku berada di Banjarmasin. Hal ini ku lakukan agar uang yang ibu kumpulkan dapat membiayai sekolah Andra, adikku. Aku hanya bertumpu pada pemberian uang saku yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari di sini.
   Terpontang-panting mencari pekerjaan yang bisa ku lakukan secara diam-diam terus ku lakoni. Tadinya aku ingin berhenti saja, tak lagi melanjutkan untuk bekerja. Lambat laun pun aku juga menyadari bahwa mereka hanya memanfaatkanku saja. Ya, mereka memanfaatkanku karena sebagai anak baru, aku berhasil menyabet beberapa prestasi belum lagi ditambah dengan pencalonan ku menjadi siswa teladan tahun ini. Mereka iri. Awalnya saja mereka bermuka malaikat di hadapanku, meyakinkanku akan ketulusan sebuah persahabatan lalu setelah itu aku dijatuhkan dengan telak.
   Desas-desus mengenai diriku yang menjadi babu mereka itu sebenarnya telah tercium lama namun aku menyanggahnya. Lalu, baru ku ketahui bahwa berita itu benar adanya ketika pentas drama di sekolah diadakan. Dengan gamblangnya mereka berkata," Iya, memang kami memanfaatkanmu hanya karena kamu itu pintar. Selebihnya nothing. Kamu tetap cupu, ngebosenin, gak gaul. Pantas saja, kamu sering menyendiri. Memang cocoknya kamu berteman sama kesepian bukan sama kami. Seharusnya, kamu itu bersyukur karena kami mau berteman sama kamu. Ini malah sok-sok suci. Pergi deh cupu dari hadapan kami. Malam ini kamu keluar dari kelompok kami".
   Tubuhku kembali bergetar hebat, melawan ketidakberdayaan atas kejadian yang saat ini ku alami. Aku tahu bahwa merekalah pelakunya namun tak ingin ku perpanjang masalah ini berlarut-larut. Cukup aku saja, bukan yang lain. Di tengah-tengah kepiluanku, aku mengingat perkataan Pak Anwar siang tadi. "Saya berikan skors selama 1 bulan atas pelanggaranmu ini, Nalika. Akan tetapi, kau pun harus segera berhenti dari pekerjaanmu itu. Kalau tidak, dengan berat hati, saya terpaksa mengeluarkanmu dari sekolah ini. Paham ?"
   Tak ada anggukan ataupun tanda persetujuan yang kuberikan pada Pak Anwar siang itu. Aku hanya berbalik pergi sembari memohon diri keluar dari ruangannya. Dan kini, di sinilah aku berada, nyaris putus asa memecahkan masalahku ini.
   Sejujurnya, aku tak ingin berhenti bekerja. Aku sudah kerasan bermitra dengan Mba Sita di kantor majalah kecil miliknya. Apalagi, setelah ku jalani selama 6 bulan ini, aku tahu bahwa aku sangat menyukai pekerjaan ini. Aku tahu bahwa aku memiliki bakat di bidang ini. Dan aku pun memiliki cita dan harapan yang tinggi ke depannya untuk segera menggapai angan tersebut menjadi nyata. Bermula ketika mba Sita mempercayakanku untuk magang terlebih dahulu di bagian kepenulisan seperti cerpen dsb. Lalu, mengikutsertakanku sebagai panitia lomba cerpen se-Banjarmasin. Ah, betapa menyenangkannya pekerjaan ini.
   Tapi, segalanya kandas begitu saja seusai Pak Anwar mengklaim peryataannya. "Apa yang harus ku lakukan ? Aku tak ingin berhenti bekerja tapi aku juga tak ingin keluar dari sekolah itu"
***********************************************
   Pada akhirnya, aku pun secara resmi keluar dari sekolah itu. Aku menerima keputusan Pak Anwar yang tak menerima ku lagi menjadi murid di sekolahnya dengan lapang dada. Ibu yang ku kabari berita tersebut via telepon, terdengar pasrah saja. "Ibu, tak usah khawatir dengan Nalika. Nalika akan baik-baik saja. Nalika tetap akan sekolah. Yang terpenting, ibu yakin dengan Nalika bahwa Nalika pasti bisa jadi orang yang berhasil dan membanggakan buat keluarga", ujarku pada ibu, berusaha membuat bidadari ini tak patah semangat terhadap cobaan yang tengah ku hadapi.
   Setelah mengabari ibu, juga berpamitan dengan sebagian warga sekolah itu, aku beranjak pergi menuju gerbang sekolah. "Nalika, tunggu". Aku menoleh, berputar balik menghadap suara yang memanggilku. "Maafkan kami, Nalika. Kami sudah banyak berbuat jahat terhadapmu. Kami sekarang sudah menerima hukuman kami. Dan kami janji takkan mengulangnya di lain waktu".
   "Ya, sama-sama. Aku juga minta maaf dan terima kasih untuk kebaikan kalian selama ini. Maaf, aku harus pergi", jawabku singkat sembari berbalik arah, membelakangi mereka.
   Pintu gerbang sekolah semakin dekat saja dari pandanganku. Tak ada perasaan putus asa maupun bias kekecewaan yang ku pancarkan hari ini, hanya lega yang terasa jauh luar biasa menyinari dinding hatiku. Mereka yang menjahatiku akhirnya diberikan hukuman oleh Pak Anwar setelah seorang murid memberitahu beliau tentang kejahatan mereka terhadapku. Dan aku sebagai seorang Nalika, yang terkenal dengan kesepiannya kini tak lagi merasa sepi sebab di sampingku ada Mba Sita yang memegang erat tanganku hingga menghilang dari sekolah ini.
   Mba Sita yang melihat sikapku, tersenyum manis sambil berkata," Yuk, Nalika. Waktunya kamu melihat sekolah barumu, masa depanmu". Aku pun membalas," Terima kasih Mba Sita".

Selasa, 27 November 2012

Impian Tentang Kalian

Dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Seperti engkau semua menemukanku

Empat, lima, dan enam
Berapa pun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada

Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,
Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata :
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa
Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan

Ingatan pertama dan terakhir
Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir
Cinta dan sahabat
Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana
Sisanya fana

Dee (Dewi Lestari) (2010)

Hidupku Bukanlah Dongeng Semata

Sapaan pagi menerpa wajahku dengan hangat
Memberikan kesejukan akan pesona alam
Semilir angin seperti hendak mengajakku bermain dengannya
Namun, hanya senyuman yang mampu ku berikan padanya
Saat itu ku rasakan damai menyelimutiku

Namun, ku tahu, hidup bukanlah mimpi
Mimpi indah yang ku bangun di dalam asa
Kadang aku bisa merasakan kedamaian
Namun badai tak mengizinkanku untuk merasakannya cukup lama

Aku ingin menjerit, melampiaskan segala penat yang ada
Tak ku pungkiri, hatiku lelah karenanya
Namun hanya kebisuan sebagai jawaban atas semuanya

Kemanakah ku harus berlari agar aku bisa mengerti
Kemanakah ku harus memulai agar aku mampu berdiri lagi
Tanpa ku sadari, tetes demi tetes air berkecamuk di pelupuk mata
seakan meratapi kemalangan yang dialami oleh pemiliknya

Aku tak mengerti
Aku bingung
Apakah ini waktuku untuk tumbuh dewasa

Jikalau ku bisa mengulang waktu
Ku ingin diriku seperi Peter Pan
Menikmati masa kecil penuh bahagia
Tapi satu hal yang ku tahu
Hidupku bukanlah dongeng semata

In the Past

Nah, ini zaman SMP, aku buat puisi agak berlebihan (metafora), harap dimaklumin ya ^_^'

Di dalam hati banyak sekali yang ku pendam
Sedih, suka, duka tak dapat ku bendung
Mereka meluap
Rasanya ingin ku lepas semua itu
Tapi bagaimana
Tahukah kau caranya ?
Beri tahu aku
Aku tidak bisa menahan lagi
Rasa ini hanya semakin menyakiti hatiku
Andai saja ku bisa
Pastilah saat ini diriku mengerti
Apalah artinya hidup ini
Ku coba melawan semua itu
Tapi tetap saja hatiku masih sakit
Aku tak tahu lagi harus bagaimana
Aku ingin bertanya padamu
Bolehkah aku menyayangi seseorang?
Bolehkah aku merasa disayangi?
Aku rasa tidak
Kasih itu hanyalah semu bagiku
Bagaikan pasir yang rapuh saat ku genggam
Ku iri
Teman bahkan adikku sendiri pun pernah merasakannya
Mengapa ku tak bisa?
Apa aku tak pantas menerima semua itu?
Walaupun begitu.....ku takkan menangis
Aku yakin
Suatu saat nanti akan datang seseorang
Seseorang yang akan memberikan kasihnya untukku

Comment dari diriku sendiri
"Sempat kaget, ternyata dulunya aku seperti itu. Banyak hal yang terlupa tentang kenangan di masa lalu. Contohnya dengan puisi ini. Kalau dirasa, mungkin saja saat-saat itu adalah momen terberat yang bisa membuat depresi. Seperti hilang ingatan, kenangan pahit di masa lalu hanya sekeping puzzle yang sedikit ku ketahui saat ini. Mungkin memang itulah inginku bahwasanya kenangan pahit mesti dibuang sehingga aku bisa menata hidupku lebih baik. Yah, life show must go on alias hidup harus terus berjalan. Itu masa lalu. Dan dari sinilah, aku maju!!!"

Perception

I can't believe
That was happened in my life
From to be friend...
Like him, and......
Now, become an enemy in my eyes

I was sad
I don't want to like that
But, what I must to do ?
I can't, I am weak

When You Go From Me

When you go from me
My world is empty
I want to meet you
I want to give you sweet hug
I want to beside you
But .....
It never happen
That's only my mind
And never happen in my life

If we meet one day
I hope you remember me
And I wish you never forget me
Forever

Nb : (Harap maklum bila bahasanya amburadul hehehe, zaman dulu ya beginilah sok-sok buat puisi pake bahasa Inggris)

You and I

Next session.....

Berikut ini salah satu puisi di masa lalu ala bahasa Inggris. Check it out!!!

When I closed my eyes
I felt alone
And you came to me
You say "Hey, wake up !!!"
"You're not alone"
"I'll be here with you"

I open my eyes
I see you
And then I give a hug from you
I cry
Nobody give me that

I believe
I'll have a best friend
Not one but many, many, and many friends
And become the inspiration of my life

Jumat, 23 November 2012

Barangkali Cinta

Barangkali cinta
Jika darahku mendesirkan gelombang yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya
Darahku dan darahmu
terkunci dalam nadi yang berbeda
Namun berpadu dalam badai yang sama

Barangkali cinta
Jika napasmu merambatkan api yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya
Napasmu dan napasku
bangkit dari rongga dada yang berbeda
Namun lebur dalam bara yang satu

Barangkali cinta
Jika ujung jemariku mengantar pesan yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika
Kulitmu dan kulitku
membalut dua tubuh yang berbeda
Namun berbagi bahasa yang serupa

Barangkali cinta
Jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari
Matamu dan mataku
tersimpan dalam kelopak yang terpisah
Namun bertemu di jalan setapak yang searah

Barangkali cinta
karena darahku, napasku, kulitku, dan tatap mataku
Kehilangan semua makna dan gunanya
Jika tak ada engkau di seberang sana

Barangkali cinta
Karena darahmu, napasmu, kulitmu, dan tatap matamu
Kehilangan semua perjalanan dan tujuan
Jika tak ada aku di seberang sini

Pastilah cinta
Yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan
Untuk menghadirkan engkau, aku, ruang, waktu
Dan menjembatani semuanya
Demi memahami dirinya sendiri


Dee (Dewi Lestari) dalam "Madre"

Jumat, 16 November 2012

Pelangiku



Pelangiku
Sekian lalu, aku menemukanmu duduk teduh dalam jelaga mataku
Saat itu, tak ada kata, tiada alasan
Hanya kamu, menghiasi indah dalam lukisan langit yang tersembunyi di balik awan
Pelangiku
Tak pernah terpikir dalam benakku
Bahwa pada saat itu juga pancaranmu menetap di hatiku
Lagi dan tiada henti
Kau menenangkanku dengan renyah warnamu sendiri

Pelangiku
Kepadamu, aku merasa bebas menjadi diriku sendiri
Menari, berputar-putar, dan mendendangkan lagu langit yang begitu riang
Karena kau tak pernah menginginkan aku menjadi siapa pun
Hanya aku dengan segala kekurangan dan kekuatanku

Pelangiku
Aku selalu berharap
Tuhan berkenan membuatmu terus berada di dekatku
Lalu, pada suatu saat nanti
Biar aku yang memberimu berjuta kali keindahan yang pernah kau ciptakan untukku

Pelangiku
Semoga Tuhan terus menautkan kita dalam ridho-Nya
Untuk ukirkan tulusnya kasih sayang pada semesta
Detik ini hingga nanti

Sabtu, 10 November 2012

Tentang Seseorang

Halooo....
Masih ingat ga dengan film "Ada Apa dengan Cinta", tokoh utamanya diperankan oleh Dian Sastrowardoyo (Cinta) dan Nicholas Saputra (Rangga). Menurutku, film ini tetap bagus dan mengagumkan walau terbilang film lama. Tapi tetap saja, ada beberapa adegan yang kalau diresapi maknanya daleeeeeeeeeeeeeeeem banget. Nah, salah satunya adalah scene di mana Cinta alias Dian Sastro lagi musikalisasi puisi. Puisi itu berjudul "Tentang Seseorang".....
Yuk kita tengok puisinya....

"Tentang Seseorang"

Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Aku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci

Aku ingin bingar
Aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera

Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?

Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri

Hem...biar tambah asyik lagi, sekalian simak videonya ya....http://youtu.be/ke8H7UxNVSQ



Behind the story from this poetry....

Sebenarnya aku dengan mereka ataupun kru film "Ada Apa dengan Cinta" sama sekali ga ada chemistry nya sie hehehe...Trus napa ditampilin nie puisi?
Hohoho...jawabannya sie gampang. Film ini kan lagi booming-booming nya pas aku jadi remaja putih biru alias SMP. Dulu itu, masih suka namanya nulis diari, buat puisi, atau sekadar ngumpulin puisi-puisi yang keren dan indah. Nah, salah satunya ya ini puisi. Berasa nostalgia aja kalau ingat ini puisi sama kekonyolan ku di masa lalu. Duh....kanget banget deh bikin puisi lagi....T-T.....
Soalnya udah gede begini, susah bo' luangin waktu buat nulis,,keseringannya sie banyak pikiran jadi pikiran jernih ga masuk-masuk deh. Terus kalau sudah pikiran jernih ga masuk, walhasil puisi bisa ga berarti atau ga selesai....
Moga-moga, dengan bernostalgia lewat kumpulan puisi saat masa lalu bisa ngebangkitkan motivasiku buat menulis lagi.....Amin....
Sampai jumpa....chao....

Rabu, 31 Oktober 2012

Persahabatan


Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

~ Khalil Gibran 

Sekolahku

*senyam-senyum sendiri

(basa-basi dulu ya....)

Beberapa hari yang lalu, ceritanya, aku lagi sibuk bongkar lemari buku sekadar cari file kuliah sie soalnya kan aku ini mahasiswi tingkat akhir gitu......hehhehee....Eh, tak tahunya, di detik pencarianku, aku menemukan puisi atau tulisanku waktu SMA. Ternyata, baru aku sadari, aku termasuk lebay juga kalau lagi nulis puisi. Swear, aku malu banget. Tapi, tak apalah, aku cukup senang, setidaknya aku mengakui bahwa aku punya bakat terpendam untuk menulis (hohohoho....pede tinggi, tak apalah ya, banggain diri sendiri itu sesuatu banget ^_^). Huuuufh...daripada nanti ini ceritanya makin ngalor-ngidul, yuk diintip karyaku ini di waktu jadi pasukan putih abu-abu. Check it out !!!

SEKOLAHKU

Sekolahku....
Saat pena kugoreskan dengan tintamu
Jari jemari pun ikut merangkai kata
Menguraikan lembaran peristiwa tentangku
Dalam pencarian akan sebuah makna

Sekolahku....
Kata orang, kau tempat menuntut ilmu
Tapi bagiku, kau lebih dari itu
Kata orang, kau tempat menggapai cita
Tapi bagiku, kau menyempurnakan cita
Kata orang, kau tempat mencari jati diri
Tapi bagiku, kau mengajarkan pengendalian diri
Kata orang, kau tempat bertemu orang-orang hebat
Tapi bagiku, kaulah yang terhebat

Sekolahku...
Jikalau aku tak lagi di sisimu
Aku ingin kau tahu
Bahwa aku bersyukur bertemu denganmu
Aku pun berharap, aku akan dapat meraih citaku
Seperti saat aku ada bersamamu
Jikalau waktu akan berlalu
Untaian terima kasihlah yang akan aku persembahkan kepadamu 

About Life

Hidup bukan keteraturan yang dibuat-buat sehingga nampak sempurna
Hidup hakikatnya ketidakteraturan yang tak sempurna namun dinikmati prosesnya

Hidup bukan tentang bagaimana membuat segalanya aman
Kan tetapi hidup mengajarkan bertahan dari jalan yang tak menenangkan

Bila hidup dirasakan terpuruk
Jangan pernah sekali-kali menyalahkan kehidupan
Mungkin saja itulah hikmah terbaik yang diberikan oleh Tuhan
Namun bila hidup terasa nikmat
Bersyukurlah dari setiap hembus nafas
Untuk hindari nikmat menjadi petaka

Begitulah...
Hidup sekiranya akan indah
Jika selayaknya diindahkan
Hidup pun bisa terasa penat
Selagi dipantaskan dengan kejenuhan

Sekali lagi....
Hidup memanglah misteri...
Tak ada yang tahu bagaimana jejaknya dalam pijakan bumi
Sekalipun insan yang memiliki derajat yang tertinggi
Sebab ia penuh kealpaan, penuh keterbatasan
Terkecuali Ia (Tuhan) Sang Maha Hidup

Hidup bukan sistematik yang dapat dikerjakan oleh insan
Karena adanya hidup bukanlah kuasa insan
Melainkan Ia (Tuhan) Sang Penguasa Alam Semesta

Lalu, apa tugas seorang insan ?
Tak lain adalah memaknai hidup dengan sebaik-baiknya pemahaman akan keberadaan Tuhan
Bila ingin hidup berarti
Maka dekatkanlah diri dengan Ia (Tuhan) Sang Maha Pemilik Hidup
Semoga perjalanan hidup yang dilandasi keyakinan kepada Tuhan
Akan memberikan kebaikan yang tiada tara
Amin

Kamis, 04 Oktober 2012

A Rainbow Poem

Once I saw a rainbow
Over the ocean blue
Encompassed by a shadow
Of every color and hue.

It was a double rainbow
Most beautiful to see
and underneath the rainbow
Were two sails upon the sea.

I think it was God's message
Quite old, and get still new
It takes both rain and sunshine
To make the lovely view.

As we go along life's highway
A lot of rain must fall.
But we can find the rainbow
When the sun shines over all.

So, if you feel discouraged
And don't know what to do
Just trust for God's own sunshine
To bring a rainbow over you


By Anonim

Voice

Aku    : Hey, kau bisa mendengarnya ?
Kamu : Mendengar apa ?
Aku    : Suara-suara itu indah
Kamu : Suara siapa ?
Aku    : Suara kita, kau dan aku. Mereka membumbung di angkasa, tak terpenjara
Kamu : Tetap saja, aku pun masih tak mendengar apa-apa
Aku    : Tutuplah mata dan telingamu. Lalu, dengarkan dengan hatimu. Kau tahu, itulah suara kita yg sebenarnya.                  Jika kau dapat mendengarnya maka hatimu pun akan bebas. Sebebas-bebasnya burung yang tengah menanjaki langit dalam perjalanannya. Selamat menikmati :)

Suara kadangkala terdengar merdu, kadangpula terasa sumbang
Bukan karena salah pendengaran ataupun salah situasi
Bukan jua salah dalam memainkannya
Memang begitulah adanya
Kita tak bisa semaunya meminta suara hanya terdengar merdu saja
Tapi, kita perlu jua mendengar suara sumbang sesekali dalam dentingannya
Ketika, kau mengenal suara sumbang, kau pun pasti tahu betapa suara itu juga bisa indah
Pesanku.....
Bila, kau dilanda jemu dengan suara-suara yang tak jelas nadanya di setiap langkahmu. Maka, hentikan sejenak saja langkahmu lalu cobalah dengarkan dengan hatimu
Tahukah kau ?
Suara yang membumbung di angkasa senyatanya adalah suara hatimu yang sebenarnya
Semoga, setelahnya kau pun akan merasa damai

Rabu, 03 Oktober 2012

Listen to Our Voice

Bisakah kita memperdengarkan suara satu sama lain ?
Meski terpetakan oleh jarak
Meski langit pun meredamkan suara dengan gemuruhnya
Dan meski suara itu hanya terpatri di dalam hati
Apa salahnya ?
Kali saja mampu mendekatkan kita
Sedekat-dekatnya

Ya
Barangkali kita, kau dan aku
Bukan main berpeluh keringat, mengeja keterpisahan juga kebersamaan
Lalu diam kemudian membisu
Padahal kita pernah satu
Mengarak awan hitam menjauhi taman teduh kita
Saat itu, suara kita membumbung di angkasa, tak terpenjara

Bisakah kita memperdengarkan suara satu sama lain ?
Lagi dan seterusnya
Bukan karena apapun
Hanya terbesit yakin dan teguh yang bertahta di dalamnya
Memahamkan keberadaan kita
Bahwa kita tetap bersama, kita saling membutuhkan
Itu saja

Pelangi

Pelangi
Istimewa dan langka
Hanya kan ada pada saat-saat tertentu saja
Pasti kau pun tahu, pelangi bisa muncul saat matahari dan hujan bertautan
Seperti itu jua dirimu
Kau datang di saat gelap dan terangnya langitku
Lalu, dengan dzat-Nya, kau bawa serta aku pada jalan dengan gemerlap keindahan-Nya
Pelangi...oh...pelangi
Semoga engkau tak pernah jemu menjembatani diriku dengan dirimu

Minggu, 16 September 2012

Guruku, Panutanku

Guruku, guru yang amat mulia
Selalu berbesar hati bukan besar kepala dalam mengemban tugasnya
Tak pernah jua berkecil hati meski pendidik hanya topangan hidupnya

Guruku, guru yang dicinta muridnya
Lakunya lembut, tak pernah bertindak kasar
Katanya santun, aduhai nyaman didengar
Kasih sayang tulusnya ada, bukan mengada-ada

Guruku, guru yang bersemangat
Pemikirannya inovatif, selalu saja menemukan cara yang asyik untuk belajar
Agar anak-anak tiada jemu melainkan raih hasil yang membanggakan

Guruku, guru yang sadar diri
Mengerti bagaimana menempatkan diri akan tugas juga kehidupannya
Menyumbangsihkan kinerja sebaik-baiknya bukan seenak-enaknya

Guruku, guru yang terhebat
Tahu kemana kan berlayar, membawa anak-anak mengejar mimpi mereka
Tak lupa jua bersabar, ketika kritik pedas menyergap salah dari dirinya

Begitulah guruku, guru yang takkan habis kenangannya di mataku
Itulah guruku, panutanku

Jumat, 14 September 2012

Hati yang Merindu

Hati yang tulus merindu tiada henti menyeru sebuah nama
Yang kerap berteriak dalam senandung doa di atas tengadah-Nya
Jiwa mereka terpaut
Melirih dan melebur pada alunan nafas yang berhembus

Pabila jatuh, membangkitkan
Pabila tangis, membahagiakan
Pabila jauh, mendekatkan
Dan pabila tawa, menyuarakan

Mereka tiada bertali, tak jua tersimpul
Hanya terajut dalam ingat yang sahaja
Di sudut hati kala menyisir angin
Pada satu asa, kebaikan-Nya

Tanpa Judul (2)

Dengan berjalannya waktu, kita tidak akan kehilangan teman
Kita hanya akan mengetahui mana teman-teman kita yang sebenarnya

Merry Riana

Begitulah Cinta

Cinta bagaikan pendidikan yang terarah pada konsep sistem dan tujuan
Bila inputnya jelek tetapi dalam proses korelasi kasih sayangnya bagus, maka outputnya pun akan bahagia
Namun pabila inputnya bagus tetapi dalam prosesnya sering terjadi komparasi hingga lebih banyak terjadi perbedaan pandangan, maka outputnya tidak bahagia
Begitulah cinta

(Ghazali)

Nb : Sukron lagi buat abang tersayangku yang satu ini. Hehehe...mau aja dengan rela hati membuatkanku puisi atau syair-syair untuk sekadar aku isengin kalau lagi kambuh ngambeknya. ^_^

Tanpa Judul

Tenanglah hatiku, karena langit tak pun mendengarkan
Tenanglah, karena bumi dibebani dengan ratapan kesedihan
Ia takkan melahirkan melodi dan nyanyianmu
Tenanglah, kerana roh-roh malam tak menghiraukan bisikan rahasiamu, dan bayang-bayang tak berhenti di hadapan mimpi-mimpi
Tenanglah, hatiku
Tenanglah hingga fajar tiba, kerana dia yang menanti pagi dengan sabar akan menyambut pagi dengan kekuatan
Ia yang mencintai cahaya, dicintai cahaya

(Kahlil Gibran)

Pilihan Ku

Malu-malu aku menyusuri pertemuan kita hingga tak dapat lagi berkata
Ketahuilah, perlu menangis terlebih dahulu untuk sekadar menatapmu
Lalu menyerah saat harap tak jadi nyata
Namun, aku tak menyesal
Itu pilihanku untuk merindumu, menunggumu, juga melihatmu

Sepi

Bukannya tak sadar
Hari-hari bisa saja diliputi kesendirian
Hanya beralaskan selimut sunyi
Berusaha tapaki hidup ini
Memang, tak selamanya menyenangkan
Tapi, karena tahu apa itu sendiri, apa itu sepi
Perasaan tak bisa biarkan orang di sekitar merasa sendiri ataupun sepi ada di hati
Kesendirian sematanya mengajarkan makna hidup bersama

Mungkin terdengar melankolis
Tapi itulah permata dalam sebuah ikatan yang disebut teman
Setidaknya itu pikirku

Nyala Lilin dan Angin

Seperti nyala lilin yang dipermainkan sang angin
Penuh peluh membasahi tubuh rapuhnya
Terombang-ambing mengikuti irama angin tak beraturan
Lelah
Rasanya ingin redup saja
Pelan-pelan, ia menyatu dengan sensasi panas dari tubuhnya
Lenyap
Irama angin seketika terhenti
Didapatinya nyala lilin telah pergi
Angin memekik
Meraung-raung tak karuan
Sedang nyala lilin menemukan damainya di seberang sana tanpa sang angin yang mengindahkan keberadaannya

Scene of Samarinda

Senja menutupi temaramku dalam peraduan malamnya
Aku tanpa sedetikpun masih saja menatap di sini
Menjajaki potong demi potong kenangan yang silih berganti meracau pikiran tenangku
Di sini, di tempat syahdu yang kumiliki
Aku terduduk pilu sembari adzan menyemai di tepi Mahakam
Sedang lampu megah beradu cahaya dalam pelataran Islamic Centre
Di sini, di sekian kali cerita, panorama Samarinda menggugah asam manis kehidupan yang tak ada habisnya

Senandung Sepi

Hari ini, aku berteman sepi
Hanya angin yang berkenan memberi sejuk padaku
Sembari mengirim senandung ayat-ayat-Nya
Menghembus lembut di telinga ku
Kembali
Damai itu menenangkanku
Meski sesaat, meski berulang-ulang

Sabtu, 01 September 2012

Suara Sumbang

Suara-suara sumbang itu kembali memperdengarkan nyanyiannya
Nyanyian yang tak ingin ku ingat dan ku kubur dalam-dalam
Ilusi ? Bukan !
Aku masih bisa mendengarnya
Terlalu jelas malah

Wah, wah, wah,
Tak aku sangka, sekarang, mereka semakin berani memamerkannya

Aku bingung,
Apa yang mereka mau dariku ?

Tidakkah mereka tahu ?
Betapa pernah sangat ketakutannya aku menghadapi mereka
Lidah yang kelu, tubuh yang menegang
Dan hanya mampu terdiam menangis
Karena begitu tak bisanya aku katakan pada siapapun

Tidakkah mereka tahu ?
Betapa gigihnya diriku menahan getaran hebat dari tubuhku
Untuk sekadar tak ingin menampakkannya pada mereka
Padahal, aku benar-benar sangatlah takut dibuatnya
Sebab aku melawannya sendiri saja

Tidakkah mereka tahu ?
Betapa banyak kesakitan dan kesalahpahaman yang terjadi karena mereka

Aku kira, mereka pasti tahu
Sebab mereka yang menyenandungkannya

Hah ! Itukah yang mereka inginkan ?
Kejam !
Mereka mengeroyoki ku yang sedang sendiri

Suara-suara sumbang itu kembali memperdengarkan nyanyiannya
Kali ini lebih jernih hingga menakutkan

Tuhan,
Kau mendengar suara-suara sumbang itu ?
Terlalu menyesakkan rasanya

Tuhan, aku mohon pada mu
Lenyapkan saja suara-suara itu dariku
Kalau Engkau tak bisa,
Jangan biarkan aku sendiri untuk melawannya
Aku sungguh-sungguh tak ingin sendiri lagi

Tuhan,
Jika suara ketulusan itu masih ada untukku
Lekaslah pertemukan aku dengannya
Agar aku tak perlu lagi merasa ketakutan sendirian
Karena ketulusan itu terlihat nyata di hadapanku
Tanpa pura-pura

Senandung Rindu

Senandung rindu menyematkan ku pada pertemuan cinta yang tak ada habisnya
Laksana oase segar,
Melepas dahaga ku di tengah gurun yang gersang
Seperti itulah kisah cinta tergurat dalam sanubari

Aku, entah mengapa selalu saja terbuai kala menyenandungkannya di sepertiga malam
Begitu, pada awalnya rindu mengenalkan ku pada-Nya
Aku pikir semu
Tapi tidak !
Ia adalah cinta di segala cinta
Cinta yang berdiri sebagai embun
Yang sekiranya mampu mengikis kegersangan hati
Walau pertemuan terkesan singkat semata

Lagi-lagi, aku tak sadar telah kembali menyenandungkannya
Tak tahu entah seberapa kali aku melakukannya

Duh, rindu, senandung mu itu candu
Karena mu, kini, aku kian dimabuk cinta dengan-Nya

Senin, 27 Agustus 2012

Sejuta Cinta














Kata orang, cinta itu anugerah dari Sang  Khalik
Jikalau itu benar
Peliharalah cinta itu dalam hati
Sebarkanlah benih cintamu pada semua orang
Agar kau dapat menyongsong cinta-Nya yang suci

Usahlah kau sedih
Kala kau tak mendapatkan cinta di sekelilingmu
Yang perlu kau tahu
Cinta-Nya selalu untukmu

Pegang hatimu
Yakinkan bathinmu
Bahwasanya banyak cinta yang Ia berikan untukmu
Sejuta cinta atau mungkin lebih dari itu
Karenanya….
Penuhilah raga dan jiwamu dengan cinta-Nya yang murni

Sabtu, 25 Agustus 2012

Warna Pelangi

Kadang aku selalu menerka-nerka
Warna apa yang kau tawarkan padaku saat kita kan bertemu
Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila atau kah ungu
Kadang pula aku pun bertanya-tanya
Mengapa aku tak henti menanti warna tersebut
Mengapa aku mati-matian untuk peduli pada warna-warni itu
Dan mengapa aku tak bisa berpaling dari pancarannya
Aku sendiri tak tahu pasti apa jawabnya
Yang aku yakini bahwa warna itu seperti pelangi
Menghidupkan dunia ku yang hanya mengenal hitam dan putih saja

Mungkin aku terlalu keras berpikir
Mungkin jua terlalu sering menyangkal
Padahal warna adalah cerminan hati
Saat aku marah, kecewa, sedih, menangis, terluka, rindu, senang atau apapun yang tak bisa tertangkap oleh bahasa biasa padamu
Barangkali kau pun jua begitu terhadapku
Hanya saja satu hal yang terlupa
Adalah bagaimana menikmati warna-warni tersebut telah hadir

Memang, warna tak semestinya ada untuk terang saja
Bahkan gelap pun senyatanya berhak memilikinya
Namun, hati kerap saja menuntut tanpa batas
Hingga warna pun pudar tanpa makna
Tidak! Hatiku mulai menjerit
Warna tak boleh hilang begitu saja
Sebab warna itu gambaran dirimu
Sebab itu adalah pelangi ku

Lalu, aku putuskan untuk mulai belajar
Meresapi setiap warna yang kau berikan walau itu sekelam-kelamnya atau seterang-benderangnya
Entah ada artinya atau tidak
Tapi rasanya pantas diperjuangkan
Untuk sebuah hal yang tak serta merta dapat dicari dengan mudah

Kali ini, biarlah aku titipkan warna pelangi ini padamu
Agar kau pun sekiranya bisa merasakan hal yang sama sepertiku
Kini, aku tak lagi menanyakan warna padamu
Sebab kau telah menyatu dengan warna pelangi
Dan di balik ini semua, lebih daripada itu
Ternyata benar, aku memang menyayanginya
Pada warna itu, pelangi itu, juda dirimu

Selasa, 14 Agustus 2012

Ultimatum Sayang

Diriwayatkan sebuah hadist dari Abu Daud dan At-Tirmidzy, di mana dikatakan bahwa " Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya " (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzy).

Lalu, dari penulis terkenal, Helvy Tiana Rosa juga mengatakan bahwa " Sekali aku menyayangi mu, maka itu takkan selesai ".

Kalau menurut ku adalah begini ...
Hari ini
Ingin ku katakan pada mu
Aku menyayangi mu secara sadar
Dan akan terus menyayangi mu secara sabar
Semoga tiada berlebihan
Karena kebersamaan kita terkulum secara sederhana
Pertemuan, persahabatan, dan cerita tentang kita
Berharap kan jadi kebaikan juga berkah untuk mu dan diri ku
Kau,
Sebuah cerita indah untuk hidup ku
Dan selamanya akan begitu hingga masa mendatang

Sebuah Cinta

Seseorang pernah berkata pada ku
Bahwa aku memiliki cinta yang kuat
Aku tersenyum
Jawab ku, TIDAK !!!
Cinta lah yang menguatkan ku

Aku bisa merasa tegar
Semuanya karena cinta
Aku bisa belajar mengasihi dengan tulus
Itu pun karena sebuah cinta
Aku memahami perasaan orang lain
Karena aku belajar dari sebuah cinta

Sebuah cinta yang pada akhirnya membukakan mata ku dalam melihat dunia
Dunia yang ku kira hanya ada hitam dan putih saja
Namun, karena sebuah cinta
Warna pelangi pun mampu terlihat dari cahaya kecil di mata ku
Cinta itulah yang menguatkan ku

Sungguh,
Dalam hal ini, aku hanya memberi rasa kasih yang ada dalam diri ku
Dan itu sangatlah menyenangkan
Saat aku sadar tubuh ku tak henti untuk memberi lebih banyak lagi
Bahkan kala cinta itu senyatanya tak ada di samping ku, di raga ku
Kan ku bawa ia serta dalam hati ku dengan hati-hati
Lalu, ketika aku memberi cinta
Sebenarnya, beribu-ribu kasih dari Allah SWT tengah menanti ku

Itulah cara ku bertahan dalam timbunan perih
Itu jua lah cara Allah SWT menyempurnakan cinta di dalam hidup ku

Senin, 13 Agustus 2012

Bunga Oh Bunga

Bunga.....oh bunga....
Mengapa kau murung ?
Tidak kah kau lihat ?

Burung-burung tengah bersiul untuk menghibur mu

Semburat pelangi juga dipersembahkan oleh matahari dan hujan untuk mu

Rumput, angin, langit dan teman lainnya pun ikut termenung karena mu
Duh...bunga...
Ketahuilah, mereka khawatir pada mu
Mereka tengah menantikan senyum terindah mu
Jangan buat mereka cemas lagi
Temuilah mereka,
Dan berikan yang terbaik dari hati mu


Bunga

Kau itu sangat cantik

Jangan hapus kecantikan mu karena bermuram durja

Mekarlah dengan seindah-indahnya

Maka, kau pun akan merasa tentram



Jangan Rapuh

Jangan rapuh !
Hati mu tiada pantas menyandang kegelisahan

Bersimpuhlah !
Menyejajarkan penat mu pada titik yang mendamaikan

Luluhkan dan taklukan !
Tiap emosi yang menggiring jiwa ke lembah keputusasaan

Berjalan, resapi, dan amati !
Sentuh dengan hati-Nya yang tersimpan dalam ingat mu

Kembali dan sadarlah !
Senyum tengah menanti mu

Ingatlah !
Sederet doa pada mu
Langit yang tak tertangkap senantiasa bersama mu

Sekumpulan Kata Tak Bermakna

Aku bisa saja membuat beribu kata
Hanya untuk sekadar membuang lelah dan asa di dada
Tak perlu aku peduli sajak mulut para jiwa atau harus menahan diri, menyantuni mereka dengan lembut
Semuanya takkan mengubah apapun
Tapi, aku tak mampu
Aku hanyalah sekumpulan kata yang tak bermakna
Yang terlahir lewat belas kasih dihembus kalimat-Nya
Aku saja tak bermakna
Lalu, pantaskah aku membuat mereka juga tak bermakna ?
Jawab ku, tidak !!
Cukup aku yang menyandangnya agar aku bisa membuat hidup mereka menjadi bermakna

Sebuah Doa

Tuhan,
Aku tak mampu merengkuh semua jiwa milik-Mu
Dalam batas ketiadaan ku, aku berserah
Itu kuasa-Mu, skenario-Mu
Aku hanya pelakon tak bernama
Yang di tiap scene, hanya menjadi peran pendukung
Ketika mereka menangis, hati ku yang lebih merintih
Ketika tersenyum, jiwa ku yang membahagia

Tuhan, aku mohon
Aku sadar takkan ada lagi nama ku di ingat mereka
Tapi, aku pinta
Beri aku kekuatan untuk menggenggam cerita mereka
Dalam diam, tangis, tawa, doa, dan harap ku

Selasa, 07 Agustus 2012

Biarlah Kau Menghilang

Suatu sore di bulan Ramadhan, aku kembali melakukan kebiasaan rutin ku yang selama beberapa waktu agak terlupakan akibat rutinitas yg melelahkan. Ya, mengirimkan pesan berupa syair, puisi, atau sekadar kata-kata yg indah. Pesan-pesan seperti itu biasanya ku kirimkan pada teman-teman terdekat ku termasuk juga diri mu. Sore itu, tak biasanya kamu membalas pesan ku. Hati ku bergetar tak karuan, membaca satu demi satu kata yg terangkai dalam pesan mu itu. Ah, wajar kali ya. Kita sudah cukup lama tak saling berhubungan. Entah sejak kapan hal itu berlangsung, aku sendiri pun tak tahu.

Pesan pertama mu yg muncul di inbox handphone ku berbunyi seperti ini 
"Mencari INDAH yg abadi itu seperti mencari sebuah air mata di dalam kolam ikan"

Rasa ku saat itu, aku menjawab pesan mu dengan alasan yg sederhana. Aku nyaris lupa apa yg ku katakan pada mu. Tapi yg aku ketahui, bahwa aku hanya ingin menguatkan diri ketika membalas pesan mu.

Lalu, pesan kedua dari mu pun muncul. Dalam pesan mu, kamu berkata,
"Di saat aku hilang, bukan berarti tak merindu mu, hanya saja diri mu tak harus kusandingkan dengan kerumitan hidup, biarlah aku datang pada mu di saat damai, karena sungguh bagi ku kau lah yg membangun kepercayaan dan keyakinan diri, teman".

Tak berselang kemudian, air mata ku tumpah ruah, menuruni permukaan wajah ku. Aku tak dapat lagi menahan perih dan sakit saat membaca pesan mu. Bahkan, aku pun tak lagi menghiraukan bahwa aku tengah berpuasa. Sore itu, tiba-tiba saja aku menyadari bahwa aku kehilangan diri mu. Itulah jawaban atas kegundahan belakangan ini. Perasaan ku yg campur aduk, tapi aku sendiri tak tahu apa masalah yg menjerat ku. Ternyata benar, salah satu persoalan itu adalah mengenai diri mu.

Akan tetapi, peristiwa itu sudah berlalu. Ketika adik angkat ku berkata, "Meratapi keadaan atau berdamai dengan takdir. Mana yg kamu pilih, ka ?". Dan aku memilih pilihan kedua yaitu berdamai dengan takdir. Berdamai dengan takdir berarti aku pun harus berdamai dengan rasa kehilangan akan mu. Membiarkan mu untuk sementara ini menghilang, tanpa mesti aku tahu kamu berada di mana. Mungkin saja, aku berharap dengan pilihan mu itu, hati mu akan lega. Kali ini, biarlah kau menghilang.

Kamu tahu, saat menuliskan ini, aku kembali menangis. Tapi pelan-pelan, aku dapat menerima keberadaan mu yang menghilang.

Hmm...aneh rasanya. Kalau dipikir-pikir, sejak awal, jalan kita memang berseberangan namun itulah yang mempertemukan kita. Dari yang tidak mengenal mu menjadi sangat menyayangi mu. Ah, kamu ingat tidak ? Saat itu, kita sedang sibuk-sibuknya dengan ujian masuk SMA. Ketika itu, kita punya impian untuk masuk SMA yang sama. Tapi, di tengah jalan, kamu memutuskan untuk mundur dan meninggalkan ku sendirian menghadapi ujian di SMA yang kita dambakan. Kau tahu ? Itulah awal kita mulai berjauhan.  Akan tetapi, perasaan kehilangan itu sebenarnya belum mulai terasa. Bagaimana tidak ? Tanpa ada perjanjian tertulis, kita saling memberi kabar, saling berhubungan, saling bersama-sama di waktu senggang. Saat itu, aku merasa, kita bagaikan sepasang gadis kecil yang polos, yang hanya tahu bahwa segala kehidupan akan sangat menyenangkan bila kita selalu bersama.

Sayangnya, kita bukan berada di dunia khayalan. Kita senyata-nyatanya berada dalam dunia yang nyata dengan realita yg tentu saja terkadang tak bisa sejalan dengan dambaan kita. Kau sudah dewasa sekarang, kau memiliki seseorang yang kamu sukai. Ah, maafkan aku, baru aku sadari kita memiliki pemikiran yang berbeda. Sedangkan aku tak bisa memahami maksud mu. Mungkin itulah momen yang membuat kita benar-benar jauh. Ya, teman, kini aku tak bisa memahami mu lagi, tak bisa mengerti keadaan mu lagi, tak bisa menyadari apa yang benar atau salah tentang mu. Dan rasa kehilangan itu pun meledak ke permukaan, menyadarkan ku bahwa inilah saatnya aku telah kehilangan mu.

Tapi aku tak ingin terpaku lagi pada kehilangan itu. Kalau memang aku kehilangan mu, aku percaya aku akan memiliki penggantinya. Dari mu, aku belajar bagaimana mengikhlaskan seseorang yang berarti bagi diri kita. Tentu saja, aku tetap menyayangi mu. Kehilangan mu memang sangat menyedihkan tapi aku tak mau terus menerus frustasi karena mu, aku juga punya kehidupan yang harus ku jalani. Aku hanya bisa meyakinkan mu satu hal, saat kamu menghilang maka aku akan menjadi orang yang lebih tegar dari yang kamu kira. Dan saat, kau datang pada ku, kau lah yang akan menangis untuk ku.

Salam sayang,,
Teman mu


  



Jumat, 03 Agustus 2012

Berbanggalah !!!

Sejujurnya aku iri
Pada orang yang berani keluar dari zona amannya
Menantang dirinya dengan berbagai kesempatan tak terduga
Hingga mampu membuat dirinya matang dalam pemikiran masa depannya

Berbanggalah !!!
Aku saja tak berani untuk keluar dari zona aman ku
Nyali ku begitu ciut padahal baru selangkah saja
Aku tahu
Aku telah dikalahkan oleh ketakutan ku sendiri
Juga karena terhimpit pada kenyataan bahwa kesempatan itu belum datang pada ku

Tapi, tak apa
Jika seperti itu jalannya, barangkali aku bisa mendukung orang itu dari kaca mata aman ku
Sembari meniti langkah mencapai mau ku...
Semangat !!!

Tentang Mu

Mungkin aku terlalu memaksakan diri untuk mengganggap bahwa diri ku ini tak membutuhkan mu
Nyatanya, aku justru sangat membutuhkan kehadiran mu saat ini
Kan tetapi, apa boleh buat, aku harus mencoba hidup tanpa mu

Bukankah kau pernah berkata
"Dengar, tak selamanya fisik ku bisa berada di dekat mu alias aku benar-benar ada di hadapan mata mu. Begitu pula kamu. Jadi, kita sama-sama percaya saja bahwa di mana pun kita ada, hati kita sesungguhnya begitu dekat".

Phuuh...mengingat kata-kata mu itu, aku jadi termenung
Yach, aku tahu
Kamu ada bukan hanya untuk ku saja
Kamu pun memiliki kehidupan mu dengan yang lainnya
Kamu juga mempunyai prioritas selain aku
Dan yang paling penting, kamu telah melalui segalanya yang tak ada lagi aku di sana

Jadi, aku sendiri pun tak tahu sampai kapan bisa bertahan
Aku cuma berharap aku bisa kuat
Setidaknya di hadapan mu

Peace of Lost

Sekiranya mengenal mu takkan menimbulkan rasa kehilangan
Aku mau, sungguh !!!
Tapi, semuanya bukan kehendak ku, itu adalah jalan Tuhan

Memang bukan pertama kali, aku memiliki kehilangan
Setiap ku langkahkan kaki, pasti kan ada saja kehilangan itu hadir
Bukan tak yakin, tiap pertemuan ada perpisahan
Hanya saja mengapa kamu mesti memilih meninggalkan jejak mu tanpa ada alasan yang jelas
Hingga aku merasa rasa kehilangan akan diri mu itu semakin kental saja

Dengar, setengah mati aku berjuang melawan kehilangan itu
Sampai aku benar-benar tak tahan lagi dibuatnya
Tapi, tetap saja, rasa itu melekat erat di benak ku

Tahukah kau ?
Cukup lama aku menunggu mu membuka hati
Memperkenankan diri ku masuk dalam kehidupan mu
Tak hanya dalam senang, tapi aku pun ingin ikut serta dalam kesulitan yang kamu hadapi
Namun, mau kah diri mu ?

Aah, andai saja kamu tahu
Orang-orang selalu saja menanyakan diri mu pada ku
Tapi, aku tak punya jawaban apa pun untuk mereka
Karena aku kehilangan diri mu
Dan di tengah keputusasaan, aku hanya mampu tersenyum
Saat itu, aku sadar, aku ingin berdamai dengan rasa kehilangan akan diri mu



Senin, 30 April 2012

Dari Tekad Timbul Harapan


Berawal dari lulusan pesantren, bukan berarti hal tersebut membuatnya minder di hadapan orang lain. Justru, ia berusaha keras untuk membuktikan diri bahwa ia pun mampu menggapai cita yang diinginkannya. Baginya, ajaran sewaktu di pesantren menjadi nilai plus tersendiri yang mungkin jarang dimiliki oleh teman-teman sebayanya. Penilaian ini malah berbanding terbalik dengan paradigma saya yang menggeserkan pendidikan dari latar belakang agama menjadi non agama. Syukurnya, karena perbedaan tersebut, saya pun akhirnya bisa mengenal dan mengambil ibrah (hikmah) di balik kisah hidupnya.
Sebut saja, Imam Rosadi. Anak ke 7 dari 8 bersaudara ini tengah menempuh pendidikan S1-nya di UAI (Universitas Al-Azhar Indonesia) jurusan Bioteknologi. Semula, ia terlihat biasa-biasa saja. Akan tetapi, ketika berada di dekatnya maka kita akan menemukan sisi menariknya. Apakah itu ? Saya akan berkata, “Pemikirannya yang santai tapi matang dan jauh ke depan. Saya rasa itu cukup membuat orang yang mengenalnya tanpa sadar dapat mengangukkan kepala”.
 Pencapaian Imam terealisasi ketika kami sibuk mengikuti even LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja) tahun 2008. Saat itu, ia bersama 2 rekan timnya mengambil penelitian mengenai pemanfaatan bawang tiwai sebagai antioksidan terkait dalam bidang kimia. Sedangkan 3 tim lainnya termasuk kelompok saya masing-masing mengambil bidang fisika dan biologi. “Kami serba kekurangan. Dalam penulisan, tak ada pembimbing. Laptop pun hanya dimiliki satu orang. Belum lagi, jam untuk penelitian terbentur dengan aktivitas di sekolah,” jawabnya ketika ditanya seputar perjuangannya saat itu. Dan, akhirnya hasil karya mereka lah yang terpilih mewakili sekolah kami untuk mengikuti sesi berikutnya. Usut punya usut, ternyata Imam sudah menduganya sejak awal. “Entah mengapa, aku punya keyakinan yang kuat bisa lolos. Dengan bermodal keyakinan dan tekad kuat supaya bisa berhasil, aku dan rekan setim ku berusaha jatuh bangun dalam penelitian ini. Alhamdulillah, hasilnya baik,” lanjutnya ketika diwawancarai.
Pembuktian pun tak berhenti begitu saja. Ia kembali harus bekerja keras untuk mewakili timnya berangkat ke Jakarta sebagai finalis LPIR. Meski tak menang, ia mengaku bahwa ia mendapatkan banyak pengalaman berharga semasa dikarantina. Pengalaman-pengalaman tersebut lantas diaplikasikannya dalam pembelajaran di sekolah, memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan serta berusaha bangkit akibat surutnya prestasi belajar.
Dalam kurun waktu tersebut, saya merasa Imam secara perlahan mulai mengalami peningkatan belajar. Ia mulai aktif dalam proses belajar-mengajar, diskusi atau kegiatan di sekolah lainnya. Selain itu, efek sebagai finalis memberikannya keuntungan untuk dikenal guru-guru yang awalnya tidak ia ketahui. Bila ia mulai bangkit, saya justru malah jatuh. Bukan karena tidak serius, saya sedang ada masalah. Beruntung saya memiliki teman-teman tak terkecuali Imam sehingga masa-masa itu dapat saya lalui. Setidaknya, pengalaman ia sewaktu terpuruk menjadi saran yang baik untuk diri saya. Tentu saja, nilai agama yang tertanam di benaknya, saya rasa menjadi filtrat yang baik untuk menghalau diri terancam di jurang putus asa. Oleh karena itu, tak hanya bangkit semata, tetapi saya juga berusaha untuk memperbaiki diri untuk kualitas agama yang lebih baik. Harapannya, saya tidak lagi labil ketika bermasalah.
Kini, keputusan ia merantau guna melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat dirinya berada selangkah lebih maju dibandingkan kami yang terfokus di Samarinda. Namun, ia menolak dengan tegas bahwa ia dianggap lebih baik. “Aku cuma berusaha mempelajari apa pun tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Aku sekadar ingin membuat bangga almamater pesantren. Masa muda tak semestinya berhenti untuk belajar. Jika kita berhenti, hidup tak ada guna. Itu saja”.
   Terima kasih Imam. Semoga apa yang diimpikan dapat tercapai karena usaha mu saat ini. Nah, untuk kita termasuk saya sendiri, yuk lekas bangkit dan kejar cita setinggi-tingginya. Setuju?

Jumat, 27 April 2012

Percakapan dengan Langit

Berkali-kali aku memandang langit
Indahnya hanya mampu menetap sebentar saja

Ku tanyakan pada langit
"Tak bisakah kau bertahan lama di sini"?

Lalu langit menjawab
" TAK BISA. TAK KAN PERNAH BISA".

Kemudian aku bertanya kembali
" Mengapa ? Bukankah jika kau menetap, kenangan kan diri mu akan selalu ada, tak kan pernah hilang jejaknya. Indah mu pun bisa dirasakan setiap saat. Tentu, kau pasti merasa senang".

Ia pun menjawab
"Tentu saja aku senang. Namun akan lebih baik lagi bila kamu menemui setiap hari. Wahai sang pecinta, dengarkan lirih ku ini ........"

"Aku memang indah. Tapi bila kabut menyelimuti ku, engkau pun bisa takut pada ku. Lalu, kau pun pergi dari ku. Ketahuilah, aku pun sama seperti mu, membutuhkan yang lain untuk menutupi kekurangan ku. Jika aku menetap lama di sini, aku khawatir, kau tak kan menemuiku lagi. Kau tak kan peduli dengan keberadaan ku lagi. Padahal, hanya itulah jalan mu untuk mengenal ku juga dunia mu tanpa kamu mesti berpikir keras untuk memahaminya. Karena kita melakukannya perlahan-lahan. Karena kita bersama-sama menghadapinya. Maka nikmati saja keindahan itu. Meski harus berulang kali kau menemui ku. Agar kau mengerti akan hadir ku dan kau pun tak lupa pada siapa yang menyajikannya untuk mu".

Aku pun terdiam lalu berkata
"Maafkan aku. Semestinya tak perlu ku risaukan hal itu. Bahwa sebenarnya yang berharga itu adalah kehadiran mu yang kian waktu mampu membunuh jemu ku. Terima kasih langit, kau anugrah dalam arsy-Nya".

Selasa, 03 April 2012

Surat Hati untuk Sahabat


Sahabat....
Andai aku punya sejuta sayap di punggung ku
Kan ku terbangkan kepedihan mu jauh dari langit
Namun, aku hanya setetes tinta
Di sudut itu
Tulisan tentang mu begitu menyayat hati ku

Sahabat....
Andai aku punya segudang senyuman
Kan ku kikis tiap luka yang tumbuh dalam hati mu
Namun, aku hanya punya satu
Yang terkadang bisa merasa sakit
Menahan sesak karena tak mampu menghibur mu


Sahabat...
Andai aku punya beribu kata baik
Kan ku sisipkan di ubun-ubun kepala mu
Menuntaskan segala prasangka buruk yang dapat menjatuhkan mu
Namun, aku pun masih kacau
Mampu berkata, tapi tiada melakukan
Lalu, pantaskah ku mengungkapnya pada mu ?
Tidak, aku tak yakin

Dengar, sahabat...
Yang aku punyai...
Cuma rasa kasih yang tulus untuk mu
Yang aku miliki
Adalah kesetiaan untuk menjaga persahabatan dari mu
Yang mampu ku berikan...
Hanya sekecil kebaikan yang tak bernilai bagi hidup mu

Sahabat...
Tak perlu kau meliriknya bila tak mau
Namun, jika engkau membaca surat ini
Ku harap, engkau bisa mengerti
Inilah diri ku, inilah cara ku menyayangi mu
     
     Di mana pun kau berada, meski tak kau indah aku. Aku kan senantiasa ada untuk mu, hadir di sketsa cerita mu jika kau tengah butuh diri ku. Kau adalah sajak-Nya yang bebas, yang mampu mendekat dan menjauh dari ku. Kan tetapi, kau tetaplah sahabat terindah untuk ku.
     Maka, jangan lagi kau menangis. Jangan lagi bungkam senyum mu. Ingat saja, aku ada untuk mu. Yakin saja, doa ku tak pernah berhenti terhadap mu. Semoga kamu kan menjadi lebih baik karenanya juga berkat-Nya. Amin

Salam cinta,
Sahabat mu